Bahagiaku Bermain Arung Jeram di Kampung Singkur, Bandung
Kala itu, mentari pun belum muncul dari ufuk timur, tetapi aku dan keluarga sudah bersiap untuk perjalanan ke Bandung untuk naik wahana arung jeram di Kampung Singkur, Pangalengan, Bandung. Bekal makanan dari mulai makanan ringan, nasi, dan aneka lauk sudah siap menemani perjalanan yang cukup memakan waktu sekitar 4 jam menurut Waze dari Kota Depok.
Aku berangkat pukul 05.35 WIB dari kediaman omku. Liburan kali ini aku dan keluarga sengaja mengajak keluarga omku dan anak-anaknya untuk menghabiskan waktu libur bersama agar suasana lebih menyenangkan.
Gelak tawa di mobil pun tak ada habisnya. Semua cerita menimbulkan tawa dan juga ditambah karena si kecil sepupuku yang melakukan tingkah-tingkah lucunya. Selama perjalanan keluar dari Gerbang Tol Soreang kami menggunakan Waze. Waze menunjukan kami untuk melewati jalan tikus untuk menghindari kemacetan. Benar, kami tidak menemukan kemacetan, tetapi kami disuguhkan dengan luasnya persawahan dan perkebunan milik warga dengan jalan yang liku-liku. Banyak ku melihat hamparan bawang dan kopi yang sedang dijemur oleh pemilik.
Setelah perjalanan kurang lebih 6 jam diselingi istirahat akhirnya aku sampai di Kampung Singkur pukul 11.47 WIB. Sesampainya di sana kami di kelilingi oleh pohon-pohon besar dan udara sejuk yang menerpa pelan kami.
Ayahku bertanya kepada petugas untuk mengetahui syarat menaiki arung jeram. Lalu petugas tersebut mengarahkan untuk mengganti pakaian yang ingin dipakai basah-basahan dan meninggalkan barang elektronik serta dompet di mobil. Tiket arung jeram merogoh kocek Rp125.000/orang dan untuk anak kecil hanya bayar setengah harga. Dengan jarak 5km dan menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam menurutku sangat puas untuk naik arung jeram.
Tidak lama dari itu, sebuah mobil pick up menjemput kami di parkiran untuk membawa kami
ke tempat arung jeram. Kami semua bersemangat sekali untuk naik mobil pick up karena
pengalaman pertama kali.
Selama perjalanan menuju arung jeram kami disuguhkan dengan kanan kiri hamparan kebun teh
yang hijau. Lalu melewati jalan raya dan melihat danau yang sangat luas, yaitu Danau Cileunca
atau orang sekitar lebih sering menyebutnya dengan Situ Cileunca.
Terdapat rumah makan kecil di panggir danau dan banyak juga orang yang sekedar hanya
duduk-duduk menikmati pemandangan danau.
Setelah sampai di tempat arung jeram, kami diarahkan petugas untuk memakai perlengkapan
pengaman, mulai dari helm dan life vest.Berjalan melewati sisi sungai dan turun melewati tangga untuk mengantre mendapat bagian.
Arus dari sungai cukup deras dan airnya pun terbilang lumayan bersih. Air sungai ini mengalir
dari Danau Cileunca/Situ Cileunca yang tadi kami lewati.
Dalam perahu karet kami, terdapat 7 orang dengan posisi paling depan aku dan ibuku,
posisi tengah om dan kedua anaknya yang masih SD, dan posisi belakang ayah dan tanteku,
dan sang pemandu berada di posisi paling belakang untuk mengarahkan perahu.
Sebelumnya kami mendapatkan arahan dari pemandu jika ia mengatakan “boom” artinya
kami harus dalam posisi jongkok dari posisi duduk saat terdapat rintangan turunan yang dilewati.
Mulailah perjalanan bermain arung jeram dimulai. Ku lihat semua ekspresi menunjukkan
wajah senang, tertawa, dan sedikit ketakutan. Awal-awal kami sudah dihadapi dengan
rintangan turunan yang ringan, suara teriakan kecil pun mulai terdengar karena kami
terciprat air sampai masuk ke dalam perahu. Tidak lama dari itu,
kami sudah melihat dari kejauhan terdapat rintangan turunan yang cukup curam.
Kami pun bersiap untuk melewatinya, dan pemandu mengatakan “boom” agar kami dalam
posisi jongkok, dan benar beberapa detik kemudian teriakan yang lebih kencang pun terdengar diimbangi gelak tawa yang muncul. Baju kami pun sudah kuyup karena imbas dari rintangan tadi. Tak ada rasa takut sekali pun aku di posisi paling depan. Malah, aku sangat menikmati arung jeram ini. Walaupun telingaku dipenuhi dengan teriakan kencang dari ibuku setiap ada rintangan turunan yang kami lewati.
Selama perjalanan arung jeram kami disuguhkan dengan pemandangan kanan dan kiri pepohonan yang lebat, kebun, dan penginapan tepi sungai/camping ground. Saat sudah menempuh setengah perjalanan, terdapat tempat peristirahatan. Sebuah warung persis di sisi sungai yang menghadap ke sungai dan terbuat dari kayu.
Warung tersebut menjual makanan dan minuman, banyak perahu karet dan orang-orang memutuskan untuk berhenti sejenak untuk sekedar makan mie instan atau minum air hangat karena air sungai yang cukup dingin. Akan tetapi, kami tidak memutuskan untuk berhenti karena kami sudah terlanjur terlalu semangat untuk mengarungi sungai sampai diperhentian terakhir.
Waktu 1 jam pun tidak terasa dengan keindahan sungai yang memanjakan mata. Sampai di perhentian terakhir kami turun dari perahu karet dan menunggu jemputan mobil pick up untuk mengantar kami ke awal tempat kami dijemput.
Beberapa menit berlalu mobil pick up pun datang. Mobil dipenuhi dengan satu rombongan lain yang ikut di mobil kami. Mobil pick up di sini memakai atap untuk tempat perahu karet dinaikan. Sangat menyenangkan melihat rombongan mobil pick up dengan perahu karet di atasnya membuat suasana liburan semakin terasa.
Saat ingin sampai parkiran, rintik hujan mulai turun di tengah hamparan kebun teh. Sesampainya di parkiran, kami meneduh di sebuah warung yang cukup ramai karena banyak kumpulan orang. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli semangkok mie instan karena perut kami yang baru terisi snack di jalan.
Selagi menyantap mie kami melihat foto dan video saat arung jeram yang diabadikan oleh petugas dokumentasi dengan merogoh kocek Rp50.000. Foto dan video yang diambil pun bagus, berbagai ekspresi pun terlihat di situ.
Setelah menghabiskan makan dan minum, kami mengambil pakaian bersih dimobil untuk bilas. Untungnya kamar mandi tidak ramai dan kami langsung masuk. Kamar mandinya pun bersih dengan air yang sangat dingin sampai tubuh terasa kebas, tetapi sangat menyegarkan. Tidak terasa waktu berjalan, menjelang sore kami memutuskan untuk pulang melewati Ciwidey.
Di tengah perjalanan dengan pemandangan kebun teh, kami menemukan saung kosong. Ayah memutuskan berhenti sejenak untuk makan aneka lauk yang dibawa dari rumah di saung tersebut. Setelah makan selesai kami mulai perjalanan lagi untuk pulang ke Depok. Perjalanan sempat tersendat di Ciwidey pada pukul 19.13 WIB karena volume kendaraan yang banyak, tetapi lancar lagi.
Berbeda dengan saat di tol, macet yang tak terhindarkan pun kami rasakan. Waze memperkirakan kami sampai ke Depok pukul 21.35 WIB, tetapi karena macet perkiraan sampai pun menjadi mundur sampai ke jam 00.03 WIB. Benar perkiraan Waze, kami sampai rumah pukul 00.03 WIB. Aku memutuskan untuk mandi dan langsung beristirahat. Walaupun dilanda kemacetan yang cukup menghabiskan waktu, tetap kesan liburan kali ini tidak akan pernah kulupakan.
Komentar
Posting Komentar